Header Ads

Ade Komaruddin bakal jadi tumbal politik Setya Novanto



Rapat pleno terbatas DPP Partai Golkar pada 8 November lalu mengusulkan Ketua Umum Setya Novanto (Setnov) kembali menjadi ketua DPR lagi. Padahal, saat ini ketua DPR pengganti Setya Novanto yakni Ade Komaruddin (Akom) merupakan kader Partai Golkar juga.

Sekretaris Fraksi Partai Golkar Aziz Syamsuddin mengungkapkan alasan partainya perlu mengembalikan posisi Ketua DPR ke tangan Setya Novanto. Dia beralasan Setnov merupakan Ketua Umum Partai yang menjadi figur dari partai berlambang pohon beringin ini. "Pak Novanto ini kan ketua umum adalah lambang partai, figur partai," kata Aziz beralasan.

Namun, apa dosa Akom tak pernah disinggung oleh para loyalis Setnov. Menurut Sekretaris Fraksi Partai Hanura Dadang Rusdiana, pergeseran pucuk pimpinan DPR akan berpengaruh pada kondusifitas lembaga dewan. Dadang menilai Akom masih menjadi sosok tepat memimpin DPR.

"Pergantian ketua DPR tentu akan berdampak pada munculnya polemik-polemik baru yang mengganggu kondusifitas lembaga ini. Lain persoalan kalau pimpinan DPR terlibat makar maka saya sepakat kalau ada penggantian. Tapi kan Akom tidak melakukan kesalahan apapun, jadi nampaknya beliau masih menjadi sosok yang tepat untuk pimpin DPR," kata Dadang.

Namun nyatanya tak semua sepaham dengan pergantian itu. Politikus muda Partai Golkar Ahmad Doli Kurnia mengaku mendapatkan informasi rencana pergantian Akom ke Setnov atas campur tangan dari Presiden Joko Widodo. Dia pun menuding Jokowi sudah seperti Dewan Pembina Partai Golkar yang memiliki 'kendali' di partai beringin. 

Doli menilai pergantian Ketua DPR tak mudah dilakukan. Mengingat, harus atas persetujuan dari Dewan Pembina yang dijabat oleh Aburizal Bakrie. Maka dari itu, dia menduga pergantian jabatan Ketua DPR merupakan atas persetujuan dari Jokowi bukan dari Aburizal Bakrie.

"Pertanyaannya apakah Dewan Pembina Golkar saat ini adalah Jokowi, bukan Aburizal Bakrie lagi? Saya kira Dewan Pembina dan Dewan Kehormatan harus sudah mengambil sikap soal ini," kata Doli.

Sementara itu, Setnov pun menanggapi dingin soal isu tersebut. Alih-alih tak tahu apapun, Setnov mengaku tidak mengetahui keputusan rapat itu.

"Saya baru datang dari luar kota, jadi enggak tahu apa yang terjadi. Saya enggak tahu baru datang, saya belum datang langsung kemari (ulang tahun Kosgoro 1957)," ujarnya.

Setnov berkilah kepada awak media ketika terus dicecar pertanyaan soal hal tersebut. Bahkan, dirinya mengelak.

"Saya enggak tahu, belum tahu. Sorry-sorry belum tahu ya, tapi yang jelas kunjungan saya dan Surya Paloh dan bu Mega telah menunjukkan kesolidan kita di dalam masalah-masalah untuk kepentingan negara dan juga solid bersama untuk menangkan saudara Ahok dan saudara Djarot," kata dia.

No comments

Powered by Blogger.