Duka di balik banjir Jakarta
Hujan deras yang mengguyur Jakarta sejak awal pekan kemarin dan air kiriman dari Bogor membuat sejumlah wilayah tergenang banjir. Badan Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat banjir terjadi di beberapa titik di Jakarta Selatan, Jakarta Utara, Jakarta Timur, Jakarta Pusat, dan Jakarta Barat.
Dari lima wilayah Jakarta itu titik banjir terdapat di 37 kecamatan. Banjir diperkirakan akan kembali melanda ibu kota melihat curah hujan di Jakarta hingga Maret.
"Jadi pertama dalam mengatasi emergency respon yaitu bagaimana menangani masyarakat terdampak, lalu kedua yang menjadi perhatian kita adalah mengantisipasi, kita tahu dari berita BMKG musim hujan masih terus terjadi sampai akhir Maret khusus untuk Jakarta musim penghujan sampai akhir Maret," kata Ketua Badan Penanggulangan Bencana (BNPB) Wiliem Rampangilei di kantor BNPB, Jakarta Timur, Rabu (22/2).
Selain curah hujan, turunnya permukaan tanah dan pendangkalan-pendangkalan sungai menjadi penyebab banjir masih terjadi di ibu kota. Faktor pendukung lainnya adalah berkurangnya resapan air itu yang disebabkan oleh faktor-faktor aktivitas manusia.
"Ini pun bersifat sangat dinamis anatar lain permukiman yang masih banyak di dataran banjir, kedua tata ruang daerah aliran sungai dari hulu sampai hilir belum terintegrasi dengan baik, tidak tersedia cukup pembangunan drainase," ujarnya.
Banjir kali ini bukan hanya membuat sengsara warga, namun juga membawa duka. Salah seorang warga dilaporkan tewas akibat rumahnya tergenang air.
Warga bernama Novi Eka Mely Yana (31), dikabarkan meninggal dunia saat banjir melanda Jakarta, Selasa (21/2) pagi. Novi tewas di rumahnya Jalan Kemang Selatan X, RT 03 RW 02, Kelurahan Bangka, Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, diduga akibat tersengat listrik.
Tetangga korban, Lutfi mengatakan, peristiwa nahas itu terjadi sekitar pukul 05.30 WIB. Saat itu hujan deras dan ketinggian air berkisar 70 sentimeter. Selepas salat subuh, korban diketahui mengantar suami pergi bekerja.
"Keluarga diungsikan ke musala, terus dia balik lagi ke rumah buat beres-beres barang, kayanya itu ada kabel yang jatuh ke air terus kena setrum," kata Lutfi saat dikonfirmasi, Selasa (21/2).
Lutfi menjelaskan, tetangga menemukan korban dalam keadaan terapung di dalam rumahnya yang kebanjiran. Korban segera dilarikan ke rumah sakit. Namun nyawa ibu tiga anak itu sudah tidak tertolong dan dinyatakan meninggal.
"Itu pas kejadian sudah enggak ada orang di rumah, ada tetangga yang nyariin dia, terus pas ditemuin di dalam rumah itu kondisinya sudah enggak sadar. Langsung dibawa ke Rumah Sakit terdekat Kemang medical Care buat mastiin, terus di sana dipastiin kalau sudah enggak ada nyawanya," beber Lutfi.
Seorang petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) bernama Deny juga dilaporkan meninggal setelah terseret arus saat tengah melakukan meninjau banjir. Kala itu korban tengah melihat kondisi aliran kali penghubung (PHB) Kali Betik, Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Isnawa Adji mengatakan, sampai saat ini jasad petugas PPSU Kelurahan Pegangsaan Dua, Kelapa Gading itu masih belum ditemukan. Namun semenjak semalam pihak Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Jakarta Utara telah melakukn pencarian.
"Belum ketemu, kemarin masih dicari di Kali Betik, mungkin karena arusnya deras ya. Terpelset. Tapi yang pasti memang PPSU atau PHL harus mengutamakan aspek keselamatan diri," katanya saat dihubungi di Jakarta, Rabu (22/2).
Dia mengungkapkan, informasi yang diterimanya kala itu Deny tengah melakukan peninjauan kondisi banjir. Namun naasnya karena mungkin arus yang kencang membuatnya terseret.
"Katanya mau melaporkan kondisi banjir. Cuma memang kan arus air begitu tinggi, ya memantau lah perkembangan banjir," tutup Isnawa.
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengatakan, jenazah Deny ditemukan sekira pukul 11.45 WIB. Menurut Ahok, nantinya keluarga korban akan mendapatkan santunan. Karena setiap orang yang bekerja di Pemprov DKI Jakarta telah didaftarkan dalam Badan Pelayanan Jaminan Sosial (BPJS).
"Itu BPJS otomatis ada santunan. Ada Rp 100 juta berapa gitu, Rp 100 juta, Rp 140 juta, saya enggak tahu," kata Ahok di Balai Kota DKI Jakarta.
Post a Comment