Header Ads

Mau kaum tajir dunia tinggal di Indonesia, ini harus dibenahi RI


Kondisi perpajakan di Indonesia bisa dibilang cukup mengenaskan. Besarnya jumlah penduduk Indonesia tidak sejalan dengan tingkat penerimaan pajaknya dari warga negara. Padahal, idealnya, pajak menjadi sumber dana pembangunan yang hasilnya nanti akan kembali dirasakan masyarakat.

Pajak juga merupakan salah satu sumber pendapatan negara selain dari utang. Dengan rajinnya masyarakat membayar pajak, tidak menutup kemungkinan utang negara bisa berkurang.

Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan setiap tahunnya selalu dihadapkan pada tantangan besar yakni memaksimalkan penerimaan pajak yang selama ini diakui masih sangat rendah. Terlebih, pajak masih menjadi instrumen utama dalam penerimaan negara.

Mantan Hakim Konstitusi Mahfud MD menilai pemerintah sebetulnya tidak perlu mengutang pada asing seandainya rasio penerimaan pajak tinggi. Minimal, rasio pajak terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) bisa menyentuh angka 15 persen. Tapi nyatanya, rasio pajak masih berkisar di angka 11-12 persen.

Data Ditjen Pajak, ada 60 juta orang yang sudah masuk kategori di atas Pendapatan Tidak Kena Pajak (PTKP). Namun, baru 25 persen wajib pajak individu yang memenuhi kewajibannya. Dengan begitu, masih ada 40 juta orang yang belum bayar pajak, dan yang menyerahkan SPT baru 8,8 juta orang.

Salah satu penyumbang pajak terbesar tentunya para wajib pajak kaya. Maka penambahan jumlah golongan ini berpotensi meningkatkan dana penerimaan pajak yang bisa digunakan untuk pembangunan nasional.

Menurut data Forbes, secara total di 2016, harta 50 orang terkaya Indonesia ini mencapai USD 99 miliar atau setara Rp 1.337,5 triliun (USD 1=Rp 13.510), atau meningkat dari USD 92 miliar tahun lalu. Angka ini hampir menyamai target penerimaan negara dari pajak dalam APBN-P 2016.

Lalu bagaimana cara agar para orang kaya di Indonesia bisa bertambah? Sejumlah caranya tentu dengan mengimpor mereka. Ini yang harus dibenahi pemerintah agar orang kaya dunia mau tinggal di Indonesia. 

 Saat ini, Australia, Amerika Serikat dan Kanada menjadi negara favorit orang kaya dunia untuk ditinggali. Berdasarkan data New World Wealth, dilansir dari CNBC, sekitar 11.000 orang tajir dunia pindah ke Australia tahun lalu.

Amerika Serikat menempati posisi dua dengan jumlah 10.000 orang migrasi ke negara tersebut. Sementara posisi tiga ditempati Kanada dengan jumlah 8.000 orang kaya.

Jumlah total orang kaya yang berpindah negara tahun lalu pun meningkat. Di mana pada tahun lalu tercatat 82.000 orang tajir berpindah. Angka ini naik 18.000 orang dari total 64.000 orang pada 2015.

Peneliti New World Wealth, Andrew Amoils, mengatakan pertimbangan utama para orang tajir ini untuk memilih tempat tinggal barunya ialah pendidikan dan keamanan. Para orang kaya ingin agar anak-anak mereka bisa mengenyam pendidikan terbaik.

"Mereka ingin sekolah terbaik dan perasaan aman dalam hidup," ujarnya.

Selain dua aspek tersebut, pertimbangan cuaca, pelayanan kesehatan, dan kebersihan kota menempati posisi ketiga hingga kelima.

Sementara, Prancis menjadi negara yang paling banyak kehilangan para orang kayanya. Tahun lalu, sebanyak 12.000 orang kaya meninggalkan Prancis. China menempati posisi kedua dengan 9.000 orang. Ketiga ialah Brazil dengan 8.000 orang.

Para orang kaya meninggalkan Prancis karena tingginya pajak untuk orang kaya di negara tersebut. Selain itu, isu agama juga tengah mengganggu keamanan negara tersebut.

"Berbeda dengan Prancis, China agak beruntung karena angka kehilangan mereka setara dengan besaran tumbuhnya kembali para orang kaya tersebut."

Dalam penelitian ini, obyek adalah para orang kaya yang memiliki kekayaan mencapai USD 1 juta atau lebih, di luar nilai rumah tinggal mereka. 

No comments

Powered by Blogger.