Jual beli gertak sambal Trump dan Jong-un bikin dunia panas
Keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk melakukan serangan senjata rudal ke pangkalan udara Suriah mengundang kecaman dari negara-negara yang merupakan sekutu dari rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad. Salah satu negara yang mengutuk serangan tersebut adalah Korea Utara.
Dalam sebuah pernyataan resmi yang dikeluarkan Kementerian Luar Negeri Korut, sebagaimana diberitakan kantor berita KCNA, serangan AS terhadap Suriah merupakan suatu agresi yang tak bisa dimaafkan.
"Serangan rudal AS terhadap negara yang berdaulat dengan kami merupakan tindakan yang jelas-jelas tak termaafkan. Kami juga sangat mengutuk (serangan) ini," kata juru bicara Kemenlu Korut.
Namun, Trump yang memerintahkan Angkatan Bersenjatanya secara langsung untuk melakukan serangan, beralasan serangan itu dilakukan sebagai balasan karena menurutnya Suriah telah menggunakan senjata kimia ke tengah pemukiman penduduk di Khan Sheikhoun, Suriah hingga menewaskan puluhan orang.
"Malam ini saya perintahkan untuk melakukan serangan militer terarah terhadap pangkalan udara Suriah di mana serangan kimia itu diluncurkan. Ini merupakan kepentingan keamanan nasional yang vital untuk Amerika Serikat untuk mencegah dan menghalangi penyebaran dan penggunaan senjata kimia mematikan," demikian isi pidato Trump seperti yang dikutip dari BBC.
"Malam ini saya serukan kepada bangsa bermartabat untuk berkabung demi mengakhiri pembantaian dan pertumpahan darah di Suriah, dan sekaligus mengakhiri terorisme dalam segala bentuk dan tipe," sambungnya.
Meski telah melakukan serangan itu, AS tetap mengecam program nuklir dan rudal balistik yang digelar oleh Korut di bawah kepemimpinan Kim Jong-un. Bahkan AS mengancam akan memberikan tindakan keras terhadap rezim Jong-un jika uji coba kembali berlangsung.
Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) Mike Pence menyatakan kesabaran AS dan sekutunya sudah habis menaggapi uji coba senjata yang terus dilakukan Korut.
"Kami ingin melihat Korea Utara meninggalkan tindakan gegabah untuk mengembangkan senjata nuklir, dan juga penggunaan dan pengujian rudal balistik yang tidak bisa diterima," ujar Pence sebagaimana dikutip dari laman Guardian.
Jika Pyongyang sampai nekat menggunakan senjata nuklir, tambah Pence, maka mereka akan menghadapi pembalasan yang setimpal dan efektif. "Korea Utara lebih baik tidak menguji keteguhannya," katanya.
Tak mau kalah, Korut juga menegaskan akan terus mengembangkan senjata nuklitr di negara mereka sebagai bentuk pertahanan.
"Kenyataan membuktikan bahwa keputusan kami untuk memperkuat kekuatan militer dan berdiri untuk melawan kekerasan dengan kekerasan adalah pilihan yang sejuta kali sangat tepat," demikian pernyataan Korut yang dikutip dari kantor berita KCNA.
Hingga kini, kedua negara terus-terusan saling mengancam akan melakukan serangan balik jika salah satu negara mulai menyerang. Bahkan baru-baru ini media Rusia juga menyebutkan, bukannya semakin membaik, hubungan AS dan Korut malah semakin memburuk.
Post a Comment